Negeri jiran Malaysia kini tengah bersitegang dengan pengikut Kesultanan Sulu, Filipina untuk memperebutkan daerah Sabah dan Serawak. Untuk
mempertahankan wilayahnya, Malaysia mengerahkan pasukan elitenya dan jet tempur setelah beberapa kali digempur pengikut Sultan Sulu.
Kesultanan Sulu berpendapat selama ini Malaysia telah menyewa Sabah dan Serawak seharga 5.300 ringgit saban tahun. Namun kali ini, dia menuntut Malaysia segera mengembalikan daerah itu kepada Kesultanan Sulu dan memberikan ganti rugi atas segala kerusakan dan klaim selama ini.
Bukan kali ini saja Malaysia bertikai soal perbatasan, masih lekang dalam ingatan bagaimana jumawanya Malaysia saat berhasil mengambil pulau Ambalat dan Ligitan dari Indonesia pada tahun 2002 silam. Sengketa bukan hanya terjadi antara Malaysia dan Indonesia atau Malaysia-Filipina, pada kenyataannya Malaysia juga beberapa kali "berebut" wilayah dengan negara-negara lainnya. Berikut adalah negara-negara tersebut.
1. Malaysia vs Thailand
Wilayah Teluk Thailand adalah konflik perbatasan yang paling mencolok antara negeri gajah putih dan negeri jiran ini. Saat itu Thailand mengklaim bahwa wilayahnya membentang hingga Kualat Tabar,Ko Losin Islet sampai ke Ko Kra yang didasarkan dari perjanjian Anglo-Siamese Treaty tahun 1909.
Namun Malaysia tidak terima, menurutnya daerah Ko Losin Islet tidak dihitung menjadi wilayah Thailand jika dihitung dari batas terluar pantai. Sengeta ini berakhir dengan damai lewat MoU bahkan keduanya berkomitmen melakukan pengembangan dan eksplorasi terhadap daerah yang
dulu mereka sengketakan.
Namun satu sengketa perbatasan antara dua negara belum sepenuhnya tuntas. Sengketa ini muncul pada tahun 1909 namun hingga kini negosiasi masih berlangsung alot. Pemerintah Malaysia menganggap bukit yang terletak di antara dua negara dan merupakan hulu dari sungai Golok
seyogianya milik Malaysia.
Alasannya sederhana, Malaysia berkilah bahwa sulit bernegosiasi dengan Thailand karena kondisi geografis bukit Jeli telah berubah dari sebelumnya.
2. Malaysia vs Brunei
Perselisihan perbatasan juga terjadi dengan Brunei Darusalam. Kendati punya kedekatan budaya namun sengketa perbatasan yang semakin berlarut membuat hubungan keduanya merenggang sehingga tabu untuk membicarakan masalah perbatasan di kedua negara ini.
Salah satunya daerah Limbang, daerah ini pada mulanya dikendalikan oleh kerajaan Serawak, kemudian diklaim oleh Brunei karena sebenarnya secara geografis wilayah merupakan milik Brunei. Tak terima, akhirnya untuk menegaskan kepemilikan, Malaysia memasukkan daerah ini ke petanya
pada tahun 1979.
Negosiasi pun berjalan alot sampai akhirnya Malaysia tetap menganggap daerah ini sebagai miliknya, hal itu ditandai oleh penandatanganan the Exchange of Letters pada 16 Maret 2009 oleh Sultan Hasan Bolkiah dan perdana menteri Abdullah Ahmad Badawi.
Sengketa lainnya datang dari perairan Brunei dan Malaysia. Berdasarkan zona ekonomi ekslusif dalam keputusan Dewan Internasional 1958, wilayah zona ekonomi eksklusif (ZEE) melingkupi selatan perairan selatan Borneo. Namun di tahun 1979 justru Malaysia mengeluarkan batas teritorial yang merupakan wilayah ZEE milik Brunei.
Tak terima, di tahun 2003 kapal perang Brunei mengusir kapal pengolah minyak dari tempat ini. Sebagai balasan, Malaysia mengirim angkatan laut untuk memblokade kapal perang Brunei. Brunei semakin sering melakukan patroli hingga tidak ada lagi kapal menggali minyak.
3. Malaysia vs Filipina
Selain bersengketa dengan kesultanan Sulu terkait daerah
Serawak dan Sabah, Malaysia dan Filipina pernah sebelumnya bertikai soal pulau Spartly. Pulau Spartly diklaim Filipina sebagai miliknya namun bukan hanya Filipina, Taiwan, Malaysia, Brunei juga turut memperebutkan pulau ini.
Klaim kepemilikan Malaysia tersebut berdasarkan United NationsConvention on the Law of the Sea"s 200-nautical-mile (370 km), dengandasar aturan itu mereka pun memasukkan pulau ini ke dalam peta nasionalmereka.
Sedangkan Filipna mengklaim Spratly Island atau yg dikenal sebagaipulau Kalayan didasarkan dari letak geografisnya. Tak mau diklaimsembarangan, Filipina mengeluarkan? Dekrit Presiden Ferdinand Marcospada 11 juni 1978. Kemudian klaim ini diperkuat dengan? the PhilippinesArchipelagic Baselines Act Filipina yang ditandatangani oleh GloriaMacapagal-Arroyo pada 11 Maret 2009.
4. Malaysia vs Singapura
Hubungan bilateral antara Singapura dan Malaysia terbilang rumit, salah satunya soal permasalahan perbatasan di Pedra Branca atau Pulau Batu Puteh. Pada awalnya komplain datang dari Malaysia soal klaim Pedra Branca oleh Singapura. Malaysia pun membawa bantahannya ke meja Mahkamah Internasional di Hamburg pada 4 September 2003.
Batu Puteh yang terletak di Selat Singapura dan tenggara Johor, Malaysia akhirnya jatuh ke tangan Singapura dengan dasar teritorial perairan pada tanggal 23 Mei 2008.
5. Malaysia vs Indonesia
Konflik perbatasan antara Indonesia dan Malaysia terjadi di laut Sulawesi. Keduanya mengklaim pulau Ambalat, Sipadan dan Ligitan sebagai miliknya. Sengketa perbatasan ini berawal pada tahun 1969, negosiasi terus berlangsung alot.
mempertahankan wilayahnya, Malaysia mengerahkan pasukan elitenya dan jet tempur setelah beberapa kali digempur pengikut Sultan Sulu.
Kesultanan Sulu berpendapat selama ini Malaysia telah menyewa Sabah dan Serawak seharga 5.300 ringgit saban tahun. Namun kali ini, dia menuntut Malaysia segera mengembalikan daerah itu kepada Kesultanan Sulu dan memberikan ganti rugi atas segala kerusakan dan klaim selama ini.
Bukan kali ini saja Malaysia bertikai soal perbatasan, masih lekang dalam ingatan bagaimana jumawanya Malaysia saat berhasil mengambil pulau Ambalat dan Ligitan dari Indonesia pada tahun 2002 silam. Sengketa bukan hanya terjadi antara Malaysia dan Indonesia atau Malaysia-Filipina, pada kenyataannya Malaysia juga beberapa kali "berebut" wilayah dengan negara-negara lainnya. Berikut adalah negara-negara tersebut.
1. Malaysia vs Thailand
Wilayah Teluk Thailand adalah konflik perbatasan yang paling mencolok antara negeri gajah putih dan negeri jiran ini. Saat itu Thailand mengklaim bahwa wilayahnya membentang hingga Kualat Tabar,Ko Losin Islet sampai ke Ko Kra yang didasarkan dari perjanjian Anglo-Siamese Treaty tahun 1909.
Namun Malaysia tidak terima, menurutnya daerah Ko Losin Islet tidak dihitung menjadi wilayah Thailand jika dihitung dari batas terluar pantai. Sengeta ini berakhir dengan damai lewat MoU bahkan keduanya berkomitmen melakukan pengembangan dan eksplorasi terhadap daerah yang
dulu mereka sengketakan.
Namun satu sengketa perbatasan antara dua negara belum sepenuhnya tuntas. Sengketa ini muncul pada tahun 1909 namun hingga kini negosiasi masih berlangsung alot. Pemerintah Malaysia menganggap bukit yang terletak di antara dua negara dan merupakan hulu dari sungai Golok
seyogianya milik Malaysia.
Alasannya sederhana, Malaysia berkilah bahwa sulit bernegosiasi dengan Thailand karena kondisi geografis bukit Jeli telah berubah dari sebelumnya.
2. Malaysia vs Brunei
Perselisihan perbatasan juga terjadi dengan Brunei Darusalam. Kendati punya kedekatan budaya namun sengketa perbatasan yang semakin berlarut membuat hubungan keduanya merenggang sehingga tabu untuk membicarakan masalah perbatasan di kedua negara ini.
Salah satunya daerah Limbang, daerah ini pada mulanya dikendalikan oleh kerajaan Serawak, kemudian diklaim oleh Brunei karena sebenarnya secara geografis wilayah merupakan milik Brunei. Tak terima, akhirnya untuk menegaskan kepemilikan, Malaysia memasukkan daerah ini ke petanya
pada tahun 1979.
Negosiasi pun berjalan alot sampai akhirnya Malaysia tetap menganggap daerah ini sebagai miliknya, hal itu ditandai oleh penandatanganan the Exchange of Letters pada 16 Maret 2009 oleh Sultan Hasan Bolkiah dan perdana menteri Abdullah Ahmad Badawi.
Sengketa lainnya datang dari perairan Brunei dan Malaysia. Berdasarkan zona ekonomi ekslusif dalam keputusan Dewan Internasional 1958, wilayah zona ekonomi eksklusif (ZEE) melingkupi selatan perairan selatan Borneo. Namun di tahun 1979 justru Malaysia mengeluarkan batas teritorial yang merupakan wilayah ZEE milik Brunei.
Tak terima, di tahun 2003 kapal perang Brunei mengusir kapal pengolah minyak dari tempat ini. Sebagai balasan, Malaysia mengirim angkatan laut untuk memblokade kapal perang Brunei. Brunei semakin sering melakukan patroli hingga tidak ada lagi kapal menggali minyak.
3. Malaysia vs Filipina
Selain bersengketa dengan kesultanan Sulu terkait daerah
Serawak dan Sabah, Malaysia dan Filipina pernah sebelumnya bertikai soal pulau Spartly. Pulau Spartly diklaim Filipina sebagai miliknya namun bukan hanya Filipina, Taiwan, Malaysia, Brunei juga turut memperebutkan pulau ini.
Klaim kepemilikan Malaysia tersebut berdasarkan United NationsConvention on the Law of the Sea"s 200-nautical-mile (370 km), dengandasar aturan itu mereka pun memasukkan pulau ini ke dalam peta nasionalmereka.
Sedangkan Filipna mengklaim Spratly Island atau yg dikenal sebagaipulau Kalayan didasarkan dari letak geografisnya. Tak mau diklaimsembarangan, Filipina mengeluarkan? Dekrit Presiden Ferdinand Marcospada 11 juni 1978. Kemudian klaim ini diperkuat dengan? the PhilippinesArchipelagic Baselines Act Filipina yang ditandatangani oleh GloriaMacapagal-Arroyo pada 11 Maret 2009.
4. Malaysia vs Singapura
Hubungan bilateral antara Singapura dan Malaysia terbilang rumit, salah satunya soal permasalahan perbatasan di Pedra Branca atau Pulau Batu Puteh. Pada awalnya komplain datang dari Malaysia soal klaim Pedra Branca oleh Singapura. Malaysia pun membawa bantahannya ke meja Mahkamah Internasional di Hamburg pada 4 September 2003.
Batu Puteh yang terletak di Selat Singapura dan tenggara Johor, Malaysia akhirnya jatuh ke tangan Singapura dengan dasar teritorial perairan pada tanggal 23 Mei 2008.
5. Malaysia vs Indonesia
Konflik perbatasan antara Indonesia dan Malaysia terjadi di laut Sulawesi. Keduanya mengklaim pulau Ambalat, Sipadan dan Ligitan sebagai miliknya. Sengketa perbatasan ini berawal pada tahun 1969, negosiasi terus berlangsung alot.